Selasa, 24 Maret 2009

Endlessly Poem

Just INDAH REPHI

Kono Sekai Wa Kirei Desu

Endlessly Poem

with 35 comments

1235_white-baby-tiger

seorang laki-laki paruh baya, duduk tenang di atas batu besar di pinggir sungai sore itu. Pakaian hitamnya yang mulai pudar dan lusuh, tak memudarkan ketulusan yang terpancar dibalik sunggingan senyum di bibirnya. “inilah belahan jiwaku…”, ujarnya, sembari melirik caping dan seruling bambu yang ia letakkan di sisi kanannya. Caping dan seruling itu memang tak pernah jauh darinya. Ia hanya meninggalkan benda-benda kesayangannya itu ketika ia berada di surau.

Perlahan ia meraih seruling bambu itu dan memainkannya dengan sangat indah. nada-nada yang diciptakan dari seruling itu seakan memunculkan esensi dari masa lalu yang menggetarkan rongga-rongga jiwa, membangkitkan kenangan-kenangan yang penuh sesak dan tawa.

Langit tak sebiru dulu lagi

dan aku disini, ditepian ini, menunggu jingganya langitku

Usiaku yang kian berlanjut, tubuhku yang merenta,

tak semudah itu membuatku berhenti untuk berfikir…

tentang kehidupan dan esensinya.

berkisah tentang hidup itu seperti menulis sebuah syair

jika hati kita senang, kita akan menuliskan tentang keceriaan..kebahagiaan… tentang rasa.. rasa ketika kita merasakan jatuh cinta..

jika hati kita terluka, kita akan menuliskan tentang kepedihan dan kekecewaan yang mendalam… bahkan kemarahan terhadap kekasih.

membuatnya seindah mungkin.. atau.. sesedih mungkin

atau bahkan.. menuliskan kolaborasi diatara keduanya.

bagiku…

berkisah tentang hidup itu seperti ketika aku memainkan serulingku..

bernada tanpa sajak, berkisah tanpa tulisan dan kata-kata.

karena di dalamnya, aku menemukan esensi kehidupan di masa lalu

esensi yang membentangkan kerinduan seluas-luasnya..

Kerinduan akan Dia..sang Ilahi..

dari seruling inilah aku menemukan syair tanpa akhir…

Seruling itu ia mainkan dengan begitu sempurna. Sesempurna desiran angin yang membuai pucuk-pucuk ilalang. Gemericik air yang mengalir disungai itu pun menambah keindahan terhadap nada-nada yang di ciptakan dari seruling itu. Instrumen alam memang menakjubkan…

jangan tunjukan ketidakberdayaanmu dengan kehampaan.

itu hanya akan membuatmu semakin rapuh

maka, bersyairlah..

lengkapi nada serulingku dengan perasaanmu yang membuncah

mari kita berdendang..

bercerita tentang hidup dan kehidupan

berjiwa besarlah..tundukkan hatimu

Tuhan tidak akan ridho melihat manusia tanpa syukur diujung lidah dan hatinya..

Bapak Tua itu terus memainkan serulingnya. seluruh isi hatinya tertumpah di dalamnya, hingga tanpa terasa hari semakin senja. Sesenja mata bapak Tua itu, tapi tak sesenja hatinya.

Langit yang meredup diiringi kidung yang indah. Di ufuk sana, warna jingga menyemburat cantik. seperti mengucapkan selamat malam kepada sang cahaya, Matahari.

Pada titik akhir, bapak tua itu menghentikan dendangan serulingnya. Ia mengangkat caping bambu yang ia kenakan di kepalanya, lalu mengibaskannya perlahan ke arah tubuhnya. Seperti, mengeruk angin. Nampak terlukis guratan kelegaan yang luar biasa dari wajahnya. “Terimakasih serulingku… denganmu, aku bisa membuat syair tanpa akhir untukNya.. terimakasih capingku… denganmu, aku bisa merasakan keteduhan diantara gigitan-gigitan panas matahari.. seperti kesejukan ketika aku membasuh wajahku dengan air wudhu..”.

Tak terasa, azan magrib mulai berkumandang dari surau-surau. Suaranya yang samar-samar dari kejauhan terasa begitu merdu di hati. Bapak tua itu segera beranjak dari tempat duduknya, Dengan semburat kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya yang menua, ia perlahan ia menurunkan kedua kakinya ke dalam sungai yang mengalir tenang. Gemericik suara air sungai membuat suasana senja semakin syahdu. Perlahan ia membasuh kedua telapak tangannya hingga kedua kakinya. ”Ya Robb.. ijinkan aku menghadapmu…”.

Jakarta di ujung Senja, 16 Maret 2009

– Indah Rephi–

Nb:

Kesurupan apa ya aku ini. ko nulis beginian.. namun, ya, semoga bermanfaat ^^

tentang harimau.. memang ga ada hubungannya secara langsung dengan tulisan ini. Ntah mengapa aku menyukainya, sama seperti singa jantan yang gagah sebelumnya ^^ Singa dan Harimau adalah simbol kekuatan dan ketangguhan. aku yakin, di dalam tubuh yang rapuh sekalipun jika kita mengigatNya.. akan muncul kekuatan dan ketangguhan yang luar biasa. jadi, jangan rapuhkan jiwamu seperti tubuhmu yang merapuh dengan menjauh dari-Nya ^^v

aku bukanlah manusia yang baik, maka, doakanlah aku agar menjadi manusia yang berdiri diantara orang-orang yang di kasihi-Nya.. amiin..

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews